SAYA BANGGA
MENJADI MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Hai,,,hai,,,,nama
saya Desi novitasari, saya adalah mahasiswa baru angkatan 2014 di salah satu
universitas ternama di wilayah Nusa Tenggara Barat yaitu di Universitas
Mataram, Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan, prodi Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Untuk
pertama kalinya, saya akan menceritakan bagaimana perasaan dan suka-duka selama
saya kuliah di jurusan yang di anggap “enteng”
oleh sebagian orang. Kalau boleh jujur, awal saya mau
kuliah saya tidak pernah berminat akan mengambil jurusan bahasa Indonesia.
Waktu pendaftaran masuk perguruan tinggi negeri, jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia hanya saya jadikan cadangan (pilihan ke 2). Pilihan pertama saya saat
saya mendaftar di Unram yaitu jurusan PGSD. Saya sangat berharap sekali untuk
menjadi guru SD, akan tetapi harapan itu hilangan, ketika saya lulus di jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Mungkin saya memang berjodoh dengan jurusan
tersebut dan karena mama saya sangat menginginkan agar saya mengambil jurusan
tersebut, karena kedua orang tua saya hanya merestui saya untuk mengambil
jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia maka dengan kekuatan itu ,saya telah
memainkan stir peta kehidupan saya, dan membanting stir yang beralih ke Bahasa
indonesia.
Satu hal yang saya pegang, restu orang tua adalah
restu Allah. Dan nyatanya saya masuk juga ke dalam jurusan itu sampai saat ini
dan saya mulai menikmati hasilnya. Awal tercatat sebagai mahasiswa jurusan itu,
saya sempat merasa sedikit “minder dan terpojokan” dengan jurusan saya. Bukan
tanpa alasan saya merasa seperti itu. Bayangkan, tiap bertemu dengan teman satu
sekolah dulunya dan berkenalan dengan
orang lain, biasanya hal pertama yang mereka tanyakan selain nama adalah menanyakan
kuliah di jurusan apa, pasti komentar mereka membuat saya “minder dan naik
darah”. Dengan nada yang seolah mengejek dan dengan gaya ala cueknya mereka bertanya, “Kenapa ngambil
bahasa Indonesia? , kamu belum bisa bahasa Indonesia sampai dipelajarin lagi?” dan
yang membuat saya naik darah itu ada
yang bilang gini, ?, apa bagusnya jurusan bahasa indonesia? ,“Kenapa bahasa
Indonesia?, Kenapa gak bahasa Inggris
atau bahasa asing lain yang lebih keren atau
kedokteran?, htung-hitung kamu kan dari jurusan IPA dulunya?.
Saat pertanyaan itu semua di lontarkan di hadapan
mukaku. kepala dan pikiranku serasa dipenuhi oleh sebuah bom yang siap untuk
meledak. Akan tetapi, walau keadaanya demikian, anak bahasa Indonesia itu akan
tetap tenang dan jernih pikiranya dan tidak akan mengeluarkan kata-kata yang
yang berbau negative hanya karena ada pancingan dan hal sepeleh seperti demikian. Karena itu saya memberikan
senyuman dan melemparkan kembali pertanyaan kepada mereka, berharap mereka bisa
merenungkan bagaimana buruknya pandangan mereka terhadap jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia. pertanyaan yang saya lontarkanpun cukup mudah dan sederhana,
“Baguskah nilai bahasa Indonesiamu saat sekolah sehingga merasa sudah pintar?, yakinkah
kamu sudah mampu berbahasa dengan baik dan benar? Kalau iya, hebat. seorang Ahli
bahasapun tidak se-pede itu. Haruskah kamu merasa kalau bahasa negaramu tidak
“sekeren” bahasa asing?, saya heran dengan cara pandang kalian, bahwa seolah-olah hanya
Kedokteran yang mampu menyejahterakan
Sangat
memprihatinkan dan sangat menyedihkan mengetahui kenyataan bahwa rakyat
Indonesia sendiri tidak mencintai bahasa negaranya sendiri.!. Dengan ini saya
menyadari bahwa ilmu yang saya dapatkan dari jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia Jauh lebih baik dan bermanfaat dari pada apa yang mereka dapatkan
dari jurusan mereka. Itu semua terlihat jelas dan nyata dari cara pandang mereka
yang sebelah mata dan hanya melihat dari satu sisi saja tidak melihat dari sisi
lainnya. Sungguh amat di sayangkan karena mereka tidak tahu bahwa dalam
praktiknya bahasa itu “MULTI GUNA” dan saat ini bahasa Indonesia bisa menjadi
bahasa dunia nomor dua karena, sudah ada universitas di luar negeri yang
membuka jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
saya
diam-diam jatuh cinta pada jurusan bahasa dan sastra indonesia. Saya mengingat
perkataan ayah saya kepada saya, memilih jurusan bahasa dan sastra Indonesia,
sama artinya dengan memilih menu makanan favorit harian saya; yaitu nasi goreng.
Saya memilih jurusan yang menu-nya saya cintai. Dulu karenan minimnya taraf informasi yang saya ketahui,
membuat saya buta dengan jurusan bahasa dan sastra Indonesia . Hingga pada
akhirnya ada yang menguatkan dan meneguhkan pendirian saya untuk memilih
jurusan itu. Hal lain, saya merasa ada dorongan yang kuat ketika punya prinsip
seperti ini; saya tahu saya punya kemampuan dalam menulis sastra atau menulis
kreatif lainnya.
Saat ini saya bangga menjadi mahasiswa Universitas
mataram khususnya mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia. Banyak hal sebenarnya
yang membuat saya berbesar hati menjadi keluarga besar bahasa dan sastra
Indonesia. Tidak sedikit mereka-mereka yang hebat ada di sini. Untuk itu,
muncullah dalam hati saya “tidak seharusnya saya merasa “minder dan rendah”
dengan jurusan mereka yang dianggap “lebih menyejahterakan dan keren” dari pada
jurusan saya. Sekarang saya justru bangga dengan jurusan saya. Karena saya
mendapatkan banyak kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Saya jadi lebih berani berbicara di depan umum, saya jadi lebih mencintai
bahasa negara kita, saya jadi lebih mengerti tentang seluk beluk bahasa
Indonesia yang selama ini belum pernah saya tau.karena prodi bahasa dan sastra
Indonesia itu tidak hanya mempelajari materi bahasa Indonesia pada umumnya akan
tetapi mempelajari tentang bahasa itu sendiri. Itu semua belum tentu bisa saya
dapatkan kalau saya mengambil jurusan lain.
Di dalam jurusan bahasa dan sastra Indonesia yang saya
jalani. secara umum dipelajari empat keterampilan berbahasa seperti: menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Terlihat mudah memang, semua orang pasti bisa
melakukannya. Tapi nyatanya, banyak juga yang masih kurang paham. Menyimak,
mungkin terdengar mudah. Bahkan dalam sehari-hari kita juga pasti
menyimak suatu pembicaraan. Tetapi menyimak dengan tepat, artinya benar-benar
dapat menangkap apa yang dibicarakan hingga dapat menceritakan kembali,
ternyata tidak mudah. Diperlukan ketelitian, kecepatan otak dalam menangkap apa
yang didengar, bahkan diperlukan kemampuan mendengar yang baik. Itu semua yang
dipelajari selama mempelajari mata kuliah menyimak.
Berbicara,
pada mata kuliah ini mahasiswa dituntut untuk mampu berbicara di depan umum. Kalau
saya bilang, mata kuliah ini sangat menarik. Terus terang saya awalnya bukanlah
orang yang berani berbicara di depan umum. Tapi karena, mendapat mata kuliah
ini dan kalau ingin nilai bagus maka saya harus bisa, saya pun berusaha sebaik
mungkin. Membaca, mungkin terkesan mudah. Tapi membaca dengan cepat, tepat, dan
efektif tidaklah mudah. Dan saya mendapatkan pengetahuan luar biasa tentang
membaca dari mata kuliah ini..Menulis, kalau yang ini mungkin memang diakui
bahwa tidak semua orang bisa melakukannya. Ternyata benar Menulis resensi,
tajuk rencana, artikel, dan lain-lain yang sering kita temui dalam kehidupan.
sehari-hari ternyata tidaklah mudah.dan juga dalam prodi ini kita mempelajari
bagaimana cara menjadi seorang jurnalis nantinya dan bagaiamana cara berpidato
yang santun, cara menjadi MC, Dan saya mendapat pengetahuan lebih banyak dari
mempelajari mata kuliah ini.pokonya masih banyak lagi deh….. Makanya saya
menyatakan bahwa Bahasa dan sastra Indonesia “MULTI GUNA”.
selain
mempelajari tentang empat keterampilan berbahasa itu, jurusan bahasa Indonesia
juga mempelajari tentang seluk beluk bahasa. Bahasa dan Sastra Indonesia juga tidak
jauh dengan yang namanya dunia seni.karena bahasa dan sastra Indonesia sejalan
dengan seni.anak bahasa itu adalah anak yang seni. Seni dalam berbagai hal.
Misalnya : seni dalam membaca, seni membaca puisi, novel, cerita, dan seni
drama.dan juga modal utama untuk mengajar yaitu skill. Bagaimana kita
menciptakan suasana dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar agar anak
didiknya bisa menyerap apa yang kita sampaikan dan tidak membuat mereka jenuh.
Menciptakan suasana belajar semenarik mungkin itu tidak mudah.akan tetapi, itu
semua saat dapatkan dari pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penggunaan
bahasa dalam kehidupan dunia pendidikan mencerminkan siapa kita sebenarnya.
Sekian
cerita dari saya.Intinya saya sekarang justru bangga dengan jurusan saya. Oke,
sekarang, kalian tidak punya alasan untuk tidak memilih jurusan bahasa dan
sastra Indonesia di Universitas mataram (UNRAM) lagi kan? Saya tunggu kalian menjadi
keluarga besar di sini. Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.
Hai,,,hai,,,,nama
saya Desi novitasari, saya adalah mahasiswa baru angkatan 2014 di salah satu
universitas ternama di wilayah Nusa Tenggara Barat yaitu di Universitas
Mataram, Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan, prodi Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Untuk
pertama kalinya, saya akan menceritakan bagaimana perasaan dan suka-duka selama
saya kuliah di jurusan yang di anggap “enteng”
oleh sebagian orang. Kalau boleh jujur, awal saya mau
kuliah saya tidak pernah berminat akan mengambil jurusan bahasa Indonesia.
Waktu pendaftaran masuk perguruan tinggi negeri, jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia hanya saya jadikan cadangan (pilihan ke 2). Pilihan pertama saya saat
saya mendaftar di Unram yaitu jurusan PGSD. Saya sangat berharap sekali untuk
menjadi guru SD, akan tetapi harapan itu hilangan, ketika saya lulus di jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Mungkin saya memang berjodoh dengan jurusan
tersebut dan karena mama saya sangat menginginkan agar saya mengambil jurusan
tersebut, karena kedua orang tua saya hanya merestui saya untuk mengambil
jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia maka dengan kekuatan itu ,saya telah
memainkan stir peta kehidupan saya, dan membanting stir yang beralih ke Bahasa
indonesia.
Satu hal yang saya pegang, restu orang tua adalah
restu Allah. Dan nyatanya saya masuk juga ke dalam jurusan itu sampai saat ini
dan saya mulai menikmati hasilnya. Awal tercatat sebagai mahasiswa jurusan itu,
saya sempat merasa sedikit “minder dan terpojokan” dengan jurusan saya. Bukan
tanpa alasan saya merasa seperti itu. Bayangkan, tiap bertemu dengan teman satu
sekolah dulunya dan berkenalan dengan
orang lain, biasanya hal pertama yang mereka tanyakan selain nama adalah menanyakan
kuliah di jurusan apa, pasti komentar mereka membuat saya “minder dan naik
darah”. Dengan nada yang seolah mengejek dan dengan gaya ala cueknya mereka bertanya, “Kenapa ngambil
bahasa Indonesia? , kamu belum bisa bahasa Indonesia sampai dipelajarin lagi?” dan
yang membuat saya naik darah itu ada
yang bilang gini, ?, apa bagusnya jurusan bahasa indonesia? ,“Kenapa bahasa
Indonesia?, Kenapa gak bahasa Inggris
atau bahasa asing lain yang lebih keren atau
kedokteran?, htung-hitung kamu kan dari jurusan IPA dulunya?.
Saat pertanyaan itu semua di lontarkan di hadapan
mukaku. kepala dan pikiranku serasa dipenuhi oleh sebuah bom yang siap untuk
meledak. Akan tetapi, walau keadaanya demikian, anak bahasa Indonesia itu akan
tetap tenang dan jernih pikiranya dan tidak akan mengeluarkan kata-kata yang
yang berbau negative hanya karena ada pancingan dan hal sepeleh seperti demikian. Karena itu saya memberikan
senyuman dan melemparkan kembali pertanyaan kepada mereka, berharap mereka bisa
merenungkan bagaimana buruknya pandangan mereka terhadap jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia. pertanyaan yang saya lontarkanpun cukup mudah dan sederhana,
“Baguskah nilai bahasa Indonesiamu saat sekolah sehingga merasa sudah pintar?, yakinkah
kamu sudah mampu berbahasa dengan baik dan benar? Kalau iya, hebat. seorang Ahli
bahasapun tidak se-pede itu. Haruskah kamu merasa kalau bahasa negaramu tidak
“sekeren” bahasa asing?, saya heran dengan cara pandang kalian, bahwa seolah-olah hanya
Kedokteran yang mampu menyejahterakan
Sangat
memprihatinkan dan sangat menyedihkan mengetahui kenyataan bahwa rakyat
Indonesia sendiri tidak mencintai bahasa negaranya sendiri.!. Dengan ini saya
menyadari bahwa ilmu yang saya dapatkan dari jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia Jauh lebih baik dan bermanfaat dari pada apa yang mereka dapatkan
dari jurusan mereka. Itu semua terlihat jelas dan nyata dari cara pandang mereka
yang sebelah mata dan hanya melihat dari satu sisi saja tidak melihat dari sisi
lainnya. Sungguh amat di sayangkan karena mereka tidak tahu bahwa dalam
praktiknya bahasa itu “MULTI GUNA” dan saat ini bahasa Indonesia bisa menjadi
bahasa dunia nomor dua karena, sudah ada universitas di luar negeri yang
membuka jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
saya
diam-diam jatuh cinta pada jurusan bahasa dan sastra indonesia. Saya mengingat
perkataan ayah saya kepada saya, memilih jurusan bahasa dan sastra Indonesia,
sama artinya dengan memilih menu makanan favorit harian saya; yaitu nasi goreng.
Saya memilih jurusan yang menu-nya saya cintai. Dulu karenan minimnya taraf informasi yang saya ketahui,
membuat saya buta dengan jurusan bahasa dan sastra Indonesia . Hingga pada
akhirnya ada yang menguatkan dan meneguhkan pendirian saya untuk memilih
jurusan itu. Hal lain, saya merasa ada dorongan yang kuat ketika punya prinsip
seperti ini; saya tahu saya punya kemampuan dalam menulis sastra atau menulis
kreatif lainnya.
Saat ini saya bangga menjadi mahasiswa Universitas
mataram khususnya mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia. Banyak hal sebenarnya
yang membuat saya berbesar hati menjadi keluarga besar bahasa dan sastra
Indonesia. Tidak sedikit mereka-mereka yang hebat ada di sini. Untuk itu,
muncullah dalam hati saya “tidak seharusnya saya merasa “minder dan rendah”
dengan jurusan mereka yang dianggap “lebih menyejahterakan dan keren” dari pada
jurusan saya. Sekarang saya justru bangga dengan jurusan saya. Karena saya
mendapatkan banyak kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Saya jadi lebih berani berbicara di depan umum, saya jadi lebih mencintai
bahasa negara kita, saya jadi lebih mengerti tentang seluk beluk bahasa
Indonesia yang selama ini belum pernah saya tau.karena prodi bahasa dan sastra
Indonesia itu tidak hanya mempelajari materi bahasa Indonesia pada umumnya akan
tetapi mempelajari tentang bahasa itu sendiri. Itu semua belum tentu bisa saya
dapatkan kalau saya mengambil jurusan lain.
Di dalam jurusan bahasa dan sastra Indonesia yang saya
jalani. secara umum dipelajari empat keterampilan berbahasa seperti: menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Terlihat mudah memang, semua orang pasti bisa
melakukannya. Tapi nyatanya, banyak juga yang masih kurang paham. Menyimak,
mungkin terdengar mudah. Bahkan dalam sehari-hari kita juga pasti
menyimak suatu pembicaraan. Tetapi menyimak dengan tepat, artinya benar-benar
dapat menangkap apa yang dibicarakan hingga dapat menceritakan kembali,
ternyata tidak mudah. Diperlukan ketelitian, kecepatan otak dalam menangkap apa
yang didengar, bahkan diperlukan kemampuan mendengar yang baik. Itu semua yang
dipelajari selama mempelajari mata kuliah menyimak.
Berbicara,
pada mata kuliah ini mahasiswa dituntut untuk mampu berbicara di depan umum. Kalau
saya bilang, mata kuliah ini sangat menarik. Terus terang saya awalnya bukanlah
orang yang berani berbicara di depan umum. Tapi karena, mendapat mata kuliah
ini dan kalau ingin nilai bagus maka saya harus bisa, saya pun berusaha sebaik
mungkin. Membaca, mungkin terkesan mudah. Tapi membaca dengan cepat, tepat, dan
efektif tidaklah mudah. Dan saya mendapatkan pengetahuan luar biasa tentang
membaca dari mata kuliah ini..Menulis, kalau yang ini mungkin memang diakui
bahwa tidak semua orang bisa melakukannya. Ternyata benar Menulis resensi,
tajuk rencana, artikel, dan lain-lain yang sering kita temui dalam kehidupan.
sehari-hari ternyata tidaklah mudah.dan juga dalam prodi ini kita mempelajari
bagaimana cara menjadi seorang jurnalis nantinya dan bagaiamana cara berpidato
yang santun, cara menjadi MC, Dan saya mendapat pengetahuan lebih banyak dari
mempelajari mata kuliah ini.pokonya masih banyak lagi deh….. Makanya saya
menyatakan bahwa Bahasa dan sastra Indonesia “MULTI GUNA”.
selain
mempelajari tentang empat keterampilan berbahasa itu, jurusan bahasa Indonesia
juga mempelajari tentang seluk beluk bahasa. Bahasa dan Sastra Indonesia juga tidak
jauh dengan yang namanya dunia seni.karena bahasa dan sastra Indonesia sejalan
dengan seni.anak bahasa itu adalah anak yang seni. Seni dalam berbagai hal.
Misalnya : seni dalam membaca, seni membaca puisi, novel, cerita, dan seni
drama.dan juga modal utama untuk mengajar yaitu skill. Bagaimana kita
menciptakan suasana dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar agar anak
didiknya bisa menyerap apa yang kita sampaikan dan tidak membuat mereka jenuh.
Menciptakan suasana belajar semenarik mungkin itu tidak mudah.akan tetapi, itu
semua saat dapatkan dari pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penggunaan
bahasa dalam kehidupan dunia pendidikan mencerminkan siapa kita sebenarnya.
Sekian
cerita dari saya.Intinya saya sekarang justru bangga dengan jurusan saya. Oke,
sekarang, kalian tidak punya alasan untuk tidak memilih jurusan bahasa dan
sastra Indonesia di Universitas mataram (UNRAM) lagi kan? Saya tunggu kalian menjadi
keluarga besar di sini. Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.
hai mbak desy hihi ah itu postnya dua kali loh XD
BalasHapusah.... aduh aku jadi pingin memprioritaskan jurusan sastra indonesia.
awalnya aku galau ambil sastra jepang atau indonesia dan prioritaskan yang mana.
tapi setelah liat mbak desy aku jadi pingin memprioritaskan sastra jepang.
boleh nanya gak bedanya sastra jepang dgn 'bahasa dan sastra indonesia' ?
yg aku tau kalau ambil bahasa dan sastra indonesia itu kebanyakkan di fakultas pendidikan. dan berarti kita diarahkan dalam pengajaran.
nah kalau sastra indonesia masih bingung.
terus juga kalau aku suka mageran baca buku gimana dong? paling buku buku yg aku minati yg lancar bacanya(?) tapi aku suka ngomong, menganalisa. bagus gak aku ambil sastra indonesia?
semoga di jawab yah:D
Keren kak😊
BalasHapusWhy do casino gamemakers make money? - Work
BalasHapusThis article explains why 바카라사이트 you should make money from games that are available and why you should mp3 juice be งานออนไลน์ taking advantage of the best casino games that you can