Jumat, 02 Januari 2015

SAYA BANGGA MENJADI MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA




SAYA BANGGA MENJADI MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Hai,,,hai,,,,nama saya Desi novitasari, saya adalah mahasiswa baru angkatan 2014 di salah satu universitas ternama di wilayah Nusa Tenggara Barat yaitu di Universitas Mataram, Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan, prodi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Untuk pertama kalinya, saya akan menceritakan bagaimana perasaan dan suka-duka selama saya kuliah di jurusan yang di anggap “enteng” oleh sebagian orang. Kalau boleh jujur, awal saya mau kuliah saya tidak pernah berminat akan mengambil jurusan bahasa Indonesia. Waktu pendaftaran masuk perguruan tinggi negeri, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia hanya saya jadikan cadangan (pilihan ke 2). Pilihan pertama saya saat saya mendaftar di Unram yaitu jurusan PGSD. Saya sangat berharap sekali untuk menjadi guru SD, akan tetapi harapan itu hilangan, ketika saya lulus di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mungkin saya memang berjodoh dengan jurusan tersebut dan karena mama saya sangat menginginkan agar saya mengambil jurusan tersebut, karena kedua orang tua saya hanya merestui saya untuk mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia maka dengan kekuatan itu ,saya telah memainkan stir peta kehidupan saya, dan membanting stir yang beralih ke Bahasa indonesia.
Satu hal yang saya pegang, restu orang tua adalah restu Allah. Dan nyatanya saya masuk juga ke dalam jurusan itu sampai saat ini dan saya mulai menikmati hasilnya. Awal tercatat sebagai mahasiswa jurusan itu, saya sempat merasa sedikit “minder dan terpojokan” dengan jurusan saya. Bukan tanpa alasan saya merasa seperti itu. Bayangkan, tiap bertemu dengan teman satu sekolah dulunya dan  berkenalan dengan orang lain, biasanya hal pertama yang mereka tanyakan selain nama adalah menanyakan kuliah di jurusan apa, pasti komentar mereka membuat saya “minder dan naik darah”. Dengan nada yang seolah mengejek dan dengan gaya ala  cueknya mereka bertanya, “Kenapa ngambil bahasa Indonesia? , kamu belum bisa bahasa Indonesia sampai dipelajarin lagi?” dan yang membuat saya naik darah itu  ada yang bilang gini, ?, apa bagusnya jurusan bahasa indonesia? ,“Kenapa bahasa Indonesia?,  Kenapa gak bahasa Inggris atau bahasa asing lain yang lebih keren atau  kedokteran?, htung-hitung kamu kan dari jurusan IPA dulunya?.
Saat pertanyaan itu semua di lontarkan di hadapan mukaku. kepala dan pikiranku serasa dipenuhi oleh sebuah bom yang siap untuk meledak. Akan tetapi, walau keadaanya demikian, anak bahasa Indonesia itu akan tetap tenang dan jernih pikiranya dan tidak akan mengeluarkan kata-kata yang yang berbau negative hanya karena ada pancingan dan  hal sepeleh seperti demikian. Karena itu saya memberikan senyuman dan melemparkan kembali pertanyaan kepada mereka, berharap mereka bisa merenungkan bagaimana buruknya pandangan mereka terhadap jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. pertanyaan yang saya lontarkanpun cukup mudah dan sederhana, “Baguskah nilai bahasa Indonesiamu saat sekolah sehingga merasa sudah pintar?, yakinkah kamu sudah mampu berbahasa dengan baik dan benar? Kalau iya, hebat. seorang Ahli bahasapun tidak se-pede itu. Haruskah kamu merasa kalau bahasa negaramu tidak “sekeren” bahasa asing?, saya heran dengan  cara pandang kalian, bahwa seolah-olah hanya Kedokteran yang mampu menyejahterakan
Sangat memprihatinkan dan sangat menyedihkan mengetahui kenyataan bahwa rakyat Indonesia sendiri tidak mencintai bahasa negaranya sendiri.!. Dengan ini saya menyadari bahwa ilmu yang saya dapatkan dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Jauh lebih baik dan bermanfaat dari pada apa yang mereka dapatkan dari jurusan mereka. Itu semua terlihat jelas dan nyata dari cara pandang mereka yang sebelah mata dan hanya melihat dari satu sisi saja tidak melihat dari sisi lainnya. Sungguh amat di sayangkan karena mereka tidak tahu bahwa dalam praktiknya bahasa itu “MULTI GUNA” dan saat ini bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa dunia nomor dua karena, sudah ada universitas di luar negeri yang membuka jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
saya diam-diam jatuh cinta pada jurusan bahasa dan sastra indonesia. Saya mengingat perkataan ayah saya kepada saya, memilih jurusan bahasa dan sastra Indonesia, sama artinya dengan memilih menu makanan favorit harian saya; yaitu nasi goreng. Saya memilih jurusan yang menu-nya saya cintai. Dulu karenan  minimnya taraf informasi yang saya ketahui, membuat saya buta dengan jurusan bahasa dan sastra Indonesia . Hingga pada akhirnya ada yang menguatkan dan meneguhkan pendirian saya untuk memilih jurusan itu. Hal lain, saya merasa ada dorongan yang kuat ketika punya prinsip seperti ini; saya tahu saya punya kemampuan dalam menulis sastra atau menulis kreatif lainnya.
Saat ini saya bangga menjadi mahasiswa Universitas mataram khususnya mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia. Banyak hal sebenarnya yang membuat saya berbesar hati menjadi keluarga besar bahasa dan sastra Indonesia. Tidak sedikit mereka-mereka yang hebat ada di sini. Untuk itu, muncullah dalam hati saya “tidak seharusnya saya merasa “minder dan rendah” dengan jurusan mereka yang dianggap “lebih menyejahterakan dan keren” dari pada jurusan saya. Sekarang saya justru bangga dengan jurusan saya. Karena saya mendapatkan banyak kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Saya jadi lebih berani berbicara di depan umum, saya jadi lebih mencintai bahasa negara kita, saya jadi lebih mengerti tentang seluk beluk bahasa Indonesia yang selama ini belum pernah saya tau.karena prodi bahasa dan sastra Indonesia itu tidak hanya mempelajari materi bahasa Indonesia pada umumnya akan tetapi mempelajari tentang bahasa itu sendiri. Itu semua belum tentu bisa saya dapatkan kalau saya mengambil jurusan lain.
Di dalam jurusan bahasa dan sastra Indonesia yang saya jalani. secara umum dipelajari empat keterampilan berbahasa seperti: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Terlihat mudah memang, semua orang pasti bisa melakukannya. Tapi nyatanya, banyak juga yang masih kurang paham. Menyimak, mungkin terdengar mudah. Bahkan dalam sehari-hari kita juga pasti  menyimak suatu pembicaraan. Tetapi menyimak dengan tepat, artinya benar-benar dapat menangkap apa yang dibicarakan hingga dapat menceritakan kembali, ternyata tidak mudah. Diperlukan ketelitian, kecepatan otak dalam menangkap apa yang didengar, bahkan diperlukan kemampuan mendengar yang baik. Itu semua yang dipelajari selama mempelajari mata kuliah menyimak.
Berbicara, pada mata kuliah ini mahasiswa dituntut untuk mampu berbicara di depan umum. Kalau saya bilang, mata kuliah ini sangat menarik. Terus terang saya awalnya bukanlah orang yang berani berbicara di depan umum. Tapi karena, mendapat mata kuliah ini dan kalau ingin nilai bagus maka saya harus bisa, saya pun berusaha sebaik mungkin. Membaca, mungkin terkesan mudah. Tapi membaca dengan cepat, tepat, dan efektif tidaklah mudah. Dan saya mendapatkan pengetahuan luar biasa tentang membaca dari mata kuliah ini..Menulis, kalau yang ini mungkin memang diakui bahwa tidak semua orang bisa melakukannya. Ternyata benar Menulis resensi, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain yang sering kita temui dalam kehidupan. sehari-hari ternyata tidaklah mudah.dan juga dalam prodi ini kita mempelajari bagaimana cara menjadi seorang jurnalis nantinya dan bagaiamana cara berpidato yang santun, cara menjadi MC, Dan saya mendapat pengetahuan lebih banyak dari mempelajari mata kuliah ini.pokonya masih banyak lagi deh….. Makanya saya menyatakan bahwa Bahasa dan sastra Indonesia “MULTI GUNA”.
selain mempelajari tentang empat keterampilan berbahasa itu, jurusan bahasa Indonesia juga mempelajari tentang seluk beluk bahasa. Bahasa dan Sastra Indonesia juga tidak jauh dengan yang namanya dunia seni.karena bahasa dan sastra Indonesia sejalan dengan seni.anak bahasa itu adalah anak yang seni. Seni dalam berbagai hal. Misalnya : seni dalam membaca, seni membaca puisi, novel, cerita, dan seni drama.dan juga modal utama untuk mengajar yaitu skill. Bagaimana kita menciptakan suasana dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar agar anak didiknya bisa menyerap apa yang kita sampaikan dan tidak membuat mereka jenuh. Menciptakan suasana belajar semenarik mungkin itu tidak mudah.akan tetapi, itu semua saat dapatkan dari pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penggunaan bahasa dalam kehidupan dunia pendidikan mencerminkan siapa kita sebenarnya.
Sekian cerita dari saya.Intinya saya sekarang justru bangga dengan jurusan saya. Oke, sekarang, kalian tidak punya alasan untuk tidak memilih jurusan bahasa dan sastra Indonesia di Universitas mataram (UNRAM)  lagi kan? Saya tunggu kalian menjadi keluarga besar di sini. Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.










            Hai,,,hai,,,,nama saya Desi novitasari, saya adalah mahasiswa baru angkatan 2014 di salah satu universitas ternama di wilayah Nusa Tenggara Barat yaitu di Universitas Mataram, Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan, prodi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Untuk pertama kalinya, saya akan menceritakan bagaimana perasaan dan suka-duka selama saya kuliah di jurusan yang di anggap “enteng” oleh sebagian orang. Kalau boleh jujur, awal saya mau kuliah saya tidak pernah berminat akan mengambil jurusan bahasa Indonesia. Waktu pendaftaran masuk perguruan tinggi negeri, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia hanya saya jadikan cadangan (pilihan ke 2). Pilihan pertama saya saat saya mendaftar di Unram yaitu jurusan PGSD. Saya sangat berharap sekali untuk menjadi guru SD, akan tetapi harapan itu hilangan, ketika saya lulus di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mungkin saya memang berjodoh dengan jurusan tersebut dan karena mama saya sangat menginginkan agar saya mengambil jurusan tersebut, karena kedua orang tua saya hanya merestui saya untuk mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia maka dengan kekuatan itu ,saya telah memainkan stir peta kehidupan saya, dan membanting stir yang beralih ke Bahasa indonesia.
Satu hal yang saya pegang, restu orang tua adalah restu Allah. Dan nyatanya saya masuk juga ke dalam jurusan itu sampai saat ini dan saya mulai menikmati hasilnya. Awal tercatat sebagai mahasiswa jurusan itu, saya sempat merasa sedikit “minder dan terpojokan” dengan jurusan saya. Bukan tanpa alasan saya merasa seperti itu. Bayangkan, tiap bertemu dengan teman satu sekolah dulunya dan  berkenalan dengan orang lain, biasanya hal pertama yang mereka tanyakan selain nama adalah menanyakan kuliah di jurusan apa, pasti komentar mereka membuat saya “minder dan naik darah”. Dengan nada yang seolah mengejek dan dengan gaya ala  cueknya mereka bertanya, “Kenapa ngambil bahasa Indonesia? , kamu belum bisa bahasa Indonesia sampai dipelajarin lagi?” dan yang membuat saya naik darah itu  ada yang bilang gini, ?, apa bagusnya jurusan bahasa indonesia? ,“Kenapa bahasa Indonesia?,  Kenapa gak bahasa Inggris atau bahasa asing lain yang lebih keren atau  kedokteran?, htung-hitung kamu kan dari jurusan IPA dulunya?.
Saat pertanyaan itu semua di lontarkan di hadapan mukaku. kepala dan pikiranku serasa dipenuhi oleh sebuah bom yang siap untuk meledak. Akan tetapi, walau keadaanya demikian, anak bahasa Indonesia itu akan tetap tenang dan jernih pikiranya dan tidak akan mengeluarkan kata-kata yang yang berbau negative hanya karena ada pancingan dan  hal sepeleh seperti demikian. Karena itu saya memberikan senyuman dan melemparkan kembali pertanyaan kepada mereka, berharap mereka bisa merenungkan bagaimana buruknya pandangan mereka terhadap jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. pertanyaan yang saya lontarkanpun cukup mudah dan sederhana, “Baguskah nilai bahasa Indonesiamu saat sekolah sehingga merasa sudah pintar?, yakinkah kamu sudah mampu berbahasa dengan baik dan benar? Kalau iya, hebat. seorang Ahli bahasapun tidak se-pede itu. Haruskah kamu merasa kalau bahasa negaramu tidak “sekeren” bahasa asing?, saya heran dengan  cara pandang kalian, bahwa seolah-olah hanya Kedokteran yang mampu menyejahterakan
Sangat memprihatinkan dan sangat menyedihkan mengetahui kenyataan bahwa rakyat Indonesia sendiri tidak mencintai bahasa negaranya sendiri.!. Dengan ini saya menyadari bahwa ilmu yang saya dapatkan dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Jauh lebih baik dan bermanfaat dari pada apa yang mereka dapatkan dari jurusan mereka. Itu semua terlihat jelas dan nyata dari cara pandang mereka yang sebelah mata dan hanya melihat dari satu sisi saja tidak melihat dari sisi lainnya. Sungguh amat di sayangkan karena mereka tidak tahu bahwa dalam praktiknya bahasa itu “MULTI GUNA” dan saat ini bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa dunia nomor dua karena, sudah ada universitas di luar negeri yang membuka jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
saya diam-diam jatuh cinta pada jurusan bahasa dan sastra indonesia. Saya mengingat perkataan ayah saya kepada saya, memilih jurusan bahasa dan sastra Indonesia, sama artinya dengan memilih menu makanan favorit harian saya; yaitu nasi goreng. Saya memilih jurusan yang menu-nya saya cintai. Dulu karenan  minimnya taraf informasi yang saya ketahui, membuat saya buta dengan jurusan bahasa dan sastra Indonesia . Hingga pada akhirnya ada yang menguatkan dan meneguhkan pendirian saya untuk memilih jurusan itu. Hal lain, saya merasa ada dorongan yang kuat ketika punya prinsip seperti ini; saya tahu saya punya kemampuan dalam menulis sastra atau menulis kreatif lainnya.
Saat ini saya bangga menjadi mahasiswa Universitas mataram khususnya mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia. Banyak hal sebenarnya yang membuat saya berbesar hati menjadi keluarga besar bahasa dan sastra Indonesia. Tidak sedikit mereka-mereka yang hebat ada di sini. Untuk itu, muncullah dalam hati saya “tidak seharusnya saya merasa “minder dan rendah” dengan jurusan mereka yang dianggap “lebih menyejahterakan dan keren” dari pada jurusan saya. Sekarang saya justru bangga dengan jurusan saya. Karena saya mendapatkan banyak kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Saya jadi lebih berani berbicara di depan umum, saya jadi lebih mencintai bahasa negara kita, saya jadi lebih mengerti tentang seluk beluk bahasa Indonesia yang selama ini belum pernah saya tau.karena prodi bahasa dan sastra Indonesia itu tidak hanya mempelajari materi bahasa Indonesia pada umumnya akan tetapi mempelajari tentang bahasa itu sendiri. Itu semua belum tentu bisa saya dapatkan kalau saya mengambil jurusan lain.
Di dalam jurusan bahasa dan sastra Indonesia yang saya jalani. secara umum dipelajari empat keterampilan berbahasa seperti: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Terlihat mudah memang, semua orang pasti bisa melakukannya. Tapi nyatanya, banyak juga yang masih kurang paham. Menyimak, mungkin terdengar mudah. Bahkan dalam sehari-hari kita juga pasti  menyimak suatu pembicaraan. Tetapi menyimak dengan tepat, artinya benar-benar dapat menangkap apa yang dibicarakan hingga dapat menceritakan kembali, ternyata tidak mudah. Diperlukan ketelitian, kecepatan otak dalam menangkap apa yang didengar, bahkan diperlukan kemampuan mendengar yang baik. Itu semua yang dipelajari selama mempelajari mata kuliah menyimak.
Berbicara, pada mata kuliah ini mahasiswa dituntut untuk mampu berbicara di depan umum. Kalau saya bilang, mata kuliah ini sangat menarik. Terus terang saya awalnya bukanlah orang yang berani berbicara di depan umum. Tapi karena, mendapat mata kuliah ini dan kalau ingin nilai bagus maka saya harus bisa, saya pun berusaha sebaik mungkin. Membaca, mungkin terkesan mudah. Tapi membaca dengan cepat, tepat, dan efektif tidaklah mudah. Dan saya mendapatkan pengetahuan luar biasa tentang membaca dari mata kuliah ini..Menulis, kalau yang ini mungkin memang diakui bahwa tidak semua orang bisa melakukannya. Ternyata benar Menulis resensi, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain yang sering kita temui dalam kehidupan. sehari-hari ternyata tidaklah mudah.dan juga dalam prodi ini kita mempelajari bagaimana cara menjadi seorang jurnalis nantinya dan bagaiamana cara berpidato yang santun, cara menjadi MC, Dan saya mendapat pengetahuan lebih banyak dari mempelajari mata kuliah ini.pokonya masih banyak lagi deh….. Makanya saya menyatakan bahwa Bahasa dan sastra Indonesia “MULTI GUNA”.
selain mempelajari tentang empat keterampilan berbahasa itu, jurusan bahasa Indonesia juga mempelajari tentang seluk beluk bahasa. Bahasa dan Sastra Indonesia juga tidak jauh dengan yang namanya dunia seni.karena bahasa dan sastra Indonesia sejalan dengan seni.anak bahasa itu adalah anak yang seni. Seni dalam berbagai hal. Misalnya : seni dalam membaca, seni membaca puisi, novel, cerita, dan seni drama.dan juga modal utama untuk mengajar yaitu skill. Bagaimana kita menciptakan suasana dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar agar anak didiknya bisa menyerap apa yang kita sampaikan dan tidak membuat mereka jenuh. Menciptakan suasana belajar semenarik mungkin itu tidak mudah.akan tetapi, itu semua saat dapatkan dari pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penggunaan bahasa dalam kehidupan dunia pendidikan mencerminkan siapa kita sebenarnya.
Sekian cerita dari saya.Intinya saya sekarang justru bangga dengan jurusan saya. Oke, sekarang, kalian tidak punya alasan untuk tidak memilih jurusan bahasa dan sastra Indonesia di Universitas mataram (UNRAM)  lagi kan? Saya tunggu kalian menjadi keluarga besar di sini. Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.








Kamis, 01 Januari 2015

HARAPAN KEDEPAN MENJADI MAHASISWA



HARAPAN KEDEPAN MENJADI MAHASISWA
Apa yang terlintas dibenakku ketika aku mendengar kata”mahasiswa”, mungkin status yang disandang seseorang ketika ia menjalani pendidikan formal pada sebuah perguruan tinggi. Ternyata dibalik statusnya itu, masih banyak sekali peranan seorang yang menyandang status mahasiswa untuk menunjukkan peranannya pada kehidupan masyarakat terlebih lagi pada tingkat kehidupan berbangsa dan bernegara utamanya ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Seperti saya yang sekarang memilih untuk melanjutkan studi saya ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri, sebuah universitas yang melahirkan tenaga kependidikan yaitu UNRAM, jurusan bahasa dan sastra  Indonesia. Dengan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, saya sudah resmi menjadi seorang mahasiswa. Namun apa yang bisa saya lakukan untuk membangun dan memajukan kampungku, umumnnya  negeri ini kedepanya???. Mahasiswa merupakan salah satu generasi penerus bangsa Indonesia. Kalau bukan kita, siapa lagi yang memajukan bangsa ini. Apakah kita harus terus bertahan di bawah kemiskinan??? Di dalam jurusan bahasa dan sastra Indonesia yang saya jalani. secara umum dipelajari empat keterampilan berbahasa seperti: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Terlihat mudah memang, semua orang pasti bisa melakukannya. Tapi nyatanya, banyak juga yang masih kurang paham. Menyimak, mungkin terdengar mudah. Bahkan dalam sehari-hari kita juga pasti  menyimak suatu pembicaraan. Tetapi menyimak dengan tepat, artinya benar-benar dapat menangkap apa yang dibicarakan hingga dapat menceritakan kembali, ternyata tidak mudah. Diperlukan ketelitian, kecepatan otak dalam menangkap apa yang didengar, bahkan diperlukan kemampuan mendengar yang baik. Itu semua yang dipelajari selama mempelajari mata kuliah menyimak. Dan harapan saya yaitu semoga saya dan kami semua bisa lebih baik dari sebelumnya.
Berbicara, pada mata kuliah ini mahasiswa dituntut untuk mampu berbicara di depan umum. Kalau saya bilang, mata kuliah ini sangat menarik. Membaca, mungkin terkesan mudah. Tapi membaca dengan cepat, tepat, dan efektif tidaklah mudah, Menulis, kalau yang ini mungkin memang diakui bahwa tidak semua orang bisa melakukannya.harapan saya kedepan yaitu semoga bisa mempraktekan di lingkungan kampung khusunya dan umumnya bangsa apa yang saya dapatkan di bangku kuliah sebagai mahasiswa. Saya berhaap bisa menjadi seorang jurnalis nantinya dan bagaiamana cara berpidato yang santun, cara menjadi MC. Pokonya masih banyak deh harapan saya kedepan sebagai mahasiswa. Tidak hanya untuk diri pribadi tetapi juga harapan untuk melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik kedepannya bagi bangsa Indonesia tercinta. Dan saya akan memualinya dari hal yang paling sederhana dan kecil. Saya yakin sedikit demi sedikit pasti akan menjadi bukit. Fighting……….
Semua hal dimulai dari hal kecil, dari hal yang kecil-kecil tersebut bisa memberikan dampak atau pengaruh yang besar dan luas. Kegiatan  yang ada pada beberapa bagian aktivitas para mahasiswa senantiasa dihabiskan dengan hanya belajar dikelas, menerima dan mengerjakan tugas dan bermain. Begitulah pemandangan suram yang sering kita lihat dalam dunia kampus. Barangkali, apabila karena faktor internal (karena mahasiswa itu sendiri) maka bisa kita maklumi. Akan tetapi apabila hal ini karena akibat sistem yang membuat mereka seperti itu dalam kehidupan kampus, maka bukan waktunya lagi mahasiswa untuk diam dan jalan ditempat.
Perlu kita ingat bahwa saat ini kita mengalami ketertinggalan dalam dunia pendidikan dibanding negara lainnya. Belajar merupakan kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa untuk menghasilkan mahasiswa yang cerdas dan memiliki SDM yang berkualitas. Namun tentunya tidak hanya belajar dalam artian mendapat ilmu sebanyak-banyaknya sebagai langkah dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal yang perlu lakukan yaitu bagaimana menggunakan ilmu yang kita punya itu untuk berguna bagi orang banyak.
Hal ini harus senantiasa terus terjaga di dalam hati mahasiswa Indonesia khususnya mahasiswa unram dan khusunya saya pribadi. Apabila peran ini bisa dijadikan sebagai sebuah pegangan bagi seluruh mahasiswa Indonesia dan Kita Khususnya , roh perubahan itu tetap akan bisa terus bersemayam dalam diri seluruh mahasiswa Indonesia. Jadi lakukan apa kita bisa lakukan untuk bangsa ini, terutama ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.



 

Ratna Yulida Ashriany,M.Hum siapa yang tidak kenal dengannya Seorang dosen sekaligus motivator untuk kita mahasiswa BASTRINDO.



Ratna Yulida Ashriany,M.Hum siapa yang tidak kenal dengannya
Seorang dosen sekaligus motivator untuk kita mahasiswa BASTRINDO.
            Ratna Yulida Ashriany,M.Hum biasa di sapa dengan Ibu ratna adalah salah seorang dosen yang sangat cantik, Pintar, Sederhana,Rendah hati,  Santun, dan  Inspiratif. Mungkin itu kata yang bisa digunakan untuk menggambarkan seorang Ratna Yulida Ashriany,M.Hum dalam pandangan orang-orang khususnya saya pribadi. Kali ini, saya ingin menuliskan tentang beliau secara khusus.
Tentu bukan tiba-tiba bila saya ingin menulis tentang beliau. Karena beliau adalah salah satu dosen yang paling berkesan bagiku. Beliau sebenarnya dosen linguistic, akan tetapi karena beliau pandai dalam berwirausaha akhirnya tahun ini dia mengajar kewirausahaan . yah beliau mengajar di kelas kami yaitu  kelas 1/A prodi bahasa sastra Indonesia dan daerah. Iya,,,siapa yang tidak kenal denganya, minggu pertama menjadi mahasiswa sunguh sangat luar biasa sekali senangnya. Karena bertemu dengan dosen-dosen yang sangat luar biasa. Salah satunya yaitu ibu ratnah. Hari pertama mata kuliah beliau itu sangat mengesankan, dia memperkenalkan dirinya. Dan cara dia memperkenalkan dirinya sungguh jauh berbeda dari dosen-dosen lainya.
               Hari pertama kami dalam mata kuliah beliau di isi dengan berbagai motivasi dan nasehat yang di berikan oleh beliau. Nasehatnya dan kata motivasinya sungguh membuat hati kami tenang dan menyadari serta merenungkan  semua kesalahan yang kami perbuat. Kami menyadari bahwa teramat sangat berharga sekali waktu. Kami merenungkan kesalahan kami kepada orang tua kami, kami menyadari betapa besar tanggung jawab kami kepada orang tua kami, dan kami mendapat sebuah pelajaran bahwa jika ingin memulai dan melakukan sesuatu itu lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Beliau mengatakan bahwa kepercayaan,kesabaran dan sedekah adalah jalan untuk terbukanya pintu rezeki bagi kita.
           Minggu demi minggupun kami mengikuti mata kuliah beliau. Sungguh rasanya senang sekali jikalau aku melihatnya. Karena, terasa nyaman. Jika aku melihatnya maka aku akan bisa melihat dan merasakan bahwa ibuku yang berada di bima saat ini berada di sampingku, menemaniku di dalam ruang kelas. Itulah yang kurasakan saat beliau mengajarku sehingga membuatku semangat. Setiap pertemuan pada hari juma’at malam, setelah mengajar beliau selalu menyempatkan untuk menasehati kami dan member kami motivasi-motivasi yang sangat dahsyat dan luar biasa. Dengat kata-katanya yang puitis, santun dan lembut membuat aku terkesima dan terkesan hingga dalam hatiku berkata “sungguh luar biasa bu ratna, jelas saja usahanya bagus,caranya bertuturpun sunggu menakjubkan bisa menyihir siapa saja yang mendengrnya”.
           Hampir semua teman-temanku di kelas menyanjung kepribdian bu ratna. Tapi yang membuat kami sedikit malu sama beliau yaitu kami pernah melakukan kesalahan yang fatal, yah wajar saja beliau marah dan keluar dari kelas kami,tapi kami sungguh tidak sengaja melakukanya. Hingga suatu hari kami melihat bu ratna turun dari tangga di kampus kami, akhirnya ketua tingkat kami mewakili kami untuk meminta maaf kepada beliau dan akhirnya beliau memaafkan kami. Sungguh waktu itu kami piker kami tidak akan di maafkan.tapi ternyata kami di maafkannya.sunggu baik dosen ini yah ibu ratna.siapa yang tidak kenal dengan beliau.
         Kemarin adalah hari terakhir kami bertatap muka di ruangan kelas dalam mata kuliah kewirausahaan karena sebentar lagi kami akan mengikuti ujian akhir semester. Sungguh sedih rasanya. Beliau mengucapkan kata – kata terakhir perpisahan kepada kami dan tak lupa dia menyempatkan untuk sedikit memberikan nasehat dan motifasi kepada kami. Sungguh kata-katanya sangat luar biasa santunya dan bagus sepert berlian. Kata-kata bu ratna sungguh seperti emas dan berlian saking bagus dan indahnya untuk di dengar karena, Tak pernah beliau mengeluarkan kata kasarnya kepada kami,skalipun beliau marah. Dan yang membuat kami bahagia, khususnya saya pribadi yaitu dia mengatakan kepada kami “ sampai ketemu lagi nanti tapi di mata kuliah yang berbeda yaitu mofologi dan sintaksis.
         Dia memang sungguh pendidik yang benar-benar pendidik bagi kami. Dia tidak hanya sekedar mengajar akan tetapi dia juga  Berbagi pengalamannya karena pengalaman merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat, terutama untuk kami yang akan melanjutkan tonggak pembangunan bangsa dan notabenya menjadi seoarng guru”. “Melihat ke depan itu bagus, akan tetapi belajar dari pengalaman hidup orang-orang yang telah sukses juga perlu dan sangat di butuhkan. Terakhir, beliau adalah  Sosok inspiratif, teladan, dan menyenangkan.. Hal yg paling berkesan bagi saya, beliau salah satu sosok yg super sibuk namun mampu membagi dan menjalankan tiap pekerjaannya dengan baik dan seimbang. Bukan hanya itu, satu yang paling saya ingat adalah ketika beliu mengatakan bahwa beliau siap menluangkan waktu untuk menerima siapa saja yang ingin berkonsultasi atau apa saja tentang suatu permasalahan.Sungguh pribadi yang penuh optimisme dan mengajarkan pada kita semangat untuk berani bermimpi besar. Beliau juga sosok pengajar yang peduli akan kreativitas pemuda terutama dalam berwirausaha. Bu ratna  bukan saja harum namanya sebagai seorang  dosen tetapi juga, sebagai motivator dan pewirausaha.